Senin, 23 November 2009

Tips Wawancara Kerja

PERNAHKAH Anda mempunyai teman, kerabat atau entah apa saja yang punya pengalaman seperti ini? Berkali-kali melamar kerja, tetapi gagal saat wawancara.

Seperti pengalaman Asti-sebut saja begitu-yang bolak-balik mengadu nasib untuk mencari pekerjaan baru, tetapi sekian kali gagal mendapatkannya. Sialnya, dia tidak berhasil lolos setelah mengikuti tahapan wawancara. Asti sempat putus asa dan malas untuk melayangkan lamaran lagi. Tetapi seorang
teman menghiburnya, “Kamu masih beruntung karena untuk dipanggil, dites kemudian diwawancara itu merupakan separuh bahkan tiga perempat keberhasilan. Banyak orang yang dipanggil saja tidak, apalagi sampai diwawancara.”

Rupanya kata-kata itu betul-betul memberikan semangat baru buat Asti. Sambil terus bekerja dengan status kontrak di tempatnya sekarang, Asti tetap mencoba mencari peluang kerja yang lebih baik. Meski begitu, setiap kali melamar, wawancara beberapa kali yang gagal itu tetap membayang.
“Biasanya orang tambah banyak pengalaman, makin percaya diri. Tetapi saya, makin sering diwawancara, makin pesimis, karena di sini saya selalu gagal,” ujar Asti.

Pengalaman seperti itu sebenarnya jamak dialami orang. Tak cuma di Indonesia, tetapi universal dialami oleh para pelamar kerja di mana-mana di dunia, yang menggunakan sistem seleksi obyektif, bukan sistem koneksi.

Wawancara sebenarnya hanya merupakan bagian dari sekian proses yang harus dilalui. Seleksi pertama biasanya sudah berlangsung saat lamaran diterima perusahaan. Kualifikasi, termasuk pendidikan, pengalaman, dan lainnya menjadi pertimbangan sebuah perusahaan untuk melanjutkan atau tidak
melanjutkan proses lamaran.

Betapa pentingnya wawancara, terbukti dari contoh kasus Asti di atas. Sepandai apa pun Anda, dengan pengalaman yang Anda miliki, tetap saja tak menjamin Anda bisa diterima di tempat kerja baru yang Anda inginkan. Tak ada rumus yang bisa digunakan dalam wawancara, selain berusaha meyakinkan
orang yang mewawancarai bahwa Anda memang mampu, cocok, dan merupakan orang yang tepat untuk mengisi lowongan yang sedang dicari.

Berbagai tipe

Ada beberapa bentuk wawancara yang umumnya dipraktikkan oleh pencari kerja. Yang cukup banyak dikenal adalah bentuk wawancara tanya jawab antara pelamar dengan calon tempatnya bekerja. Ini bisa dilakukan oleh satu orang saja atau oleh sebuah panel pewawancara.

Dalam tipe demikian, wawancara bisa cuma berbentuk skrining, sekadar mencocokkan antara yang dikemukakan pelamar dalam surat lamarannya ditambah dengan rincian lisan. Wawancara demikian adakalanya bisa dilakukan melalui telepon. Namun yang lebih banyak, wawancara dilakukan dengan tatap muka.

Sesuatu yang kini banyak dipraktikkan di banyak tempat adalah wawancara kelompok. Di sini sejumlah kandidat yang sudah lolos seleksi sebelumnya dikumpulkan untuk mengikuti diskusi informal. Subyek yang dibicarakan dipilih oleh pewawancara, para kandidat diminta melontarkan pendapatnya, bertanya, atau membuat kesimpulan.

Wawancara seperti ini biasanya dilakukan untuk mencari tahu potensi kepemimpinan seseorang dalam bidang manajerial. “Tujuan dari wawancara kelompok ini adalah untuk mengetahui bagaimana interaksi kandidat dengan orang-orang lainnya. Juga untuk mengetahui bagaimana dia menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikirnya untuk mengalahkan orang-orang
lainnya,” demikian alasannya, sebagaimana ditulis dalam CareerBuilder’s “How to” Guide: Job Interview Types.

Jangan terpancing sewot kalau si pewawancara menyudutkan Anda dengan kata-kata sarkastik. Bukan tidak mungkin ini bagian dari bentuk wawancara yang disebut wawancara stres. Bentuk yang seperti ini dimaksudkan untuk menguji bagaimana seorang pelamar mengatasi hal situasi demikian. Tak cuma
lontaran kata-kata sarkatis atau argumentatif, tetapi yang namanya wawancara stres atau stress interview adakalanya menguji kesabaran pelamar. Salah satunya dengan membiarkan pelamar menunggu beberapa lama.

Terhadap situasi seperti ini, jangan sakit hati. Tahan emosi Anda ketika menghadapi pertanyaan dari pewawancara. Bersikaplah kalem, seolah tidak terjadi apa-apa. Klarifikasi pertanyaan yang kurang jelas bila diperlukan. Ingat,
jangan terkesan terburu-buru saat menjawab.

Wawancara adakalanya juga dilakukan sambil makan siang (lunch interview). Suasananya mungkin lebih santai dibanding dengan wawancara yang dilakukan di kantor. Namun jangan lupa, makan siang ini adalah makan siang bisnis dan Anda sedang diperhatikan. Gunakan kesempatan wawancara ini untuk mengembangkan dasar hubungan dengan pewawancara.

Pertanyaan umum

Apa saja yang ditanyakan dalam sebuah wawancara?

Jawabannya bisa bermacam-macam. Bahkan posisi yang sama untuk kesempatan wawancara yang hampir bersamaan, antara satu orang dengan orang lainnya bisa mendapatkan pertanyaan yang berbeda.

Namun ada sejumlah pertanyaan umum yang sering kali dilontarkan saat wawancara. Siap-siap saja kalau ditanya, “Kenapa Anda ingin bekerja di sini? Bagaimana perusahaan ini sampai membuat Anda tertarik?” Atau bisa jadi cuma pertanyaan sangat ringan, seperti: “Coba ceritakan tentang diri Anda.”

Masih banyak pertanyaan penting selain pertanyaan di atas. Alasan mengapa seseorang ingin pindah, termasuk pertanyaan umum yang sering ditanyakan. Penanya tentu ingin mengetahui apakah Anda mempunyai masalah dengan tempat kerja Anda atau tidak. Jika Anda memang benar-benar tidak mempunyai
problem, katakan saja alasannya. Anda bisa mengatakan, soal tidak adanya kemungkinan pengembangan atau Anda memerlukan pekerjaan yang cocok dengan keterampilan Anda, atau kantor Anda pindah ke lokasi yang terlalu jauh, dan sebagainya dan sebagainya.

Sebaliknya pun begitu. Kalau memang ada masalah, jujur saja. Tunjukkan bahwa Anda bisa menerima tanggung jawab dan belajar dari kesalahan sebelumnya. Anda perlu menjelaskan masalahnya, tetapi jangan menguraikan posisi bekas atasan Anda dalam terminologi yang serba negatif. Tunjukkan bahwa semua itu merupakan bagian dari proses belajar yang tidak akan mempengaruhi pekerjaan nantinya.

Di samping kekuatan, pertanyaan juga sering menyangkut sesuatu yang negatif. Simak umpamanya kalimat, “Apa kelemahan utama Anda?”

Untuk hal seperti ini, bersikaplah positif. Alihkan kelemahan menjadi kekuatan. Misalnya Anda mungkin bisa mengatakan, “Sering saya khawatir terhadap pekerjaan saya. Kadang- kadang saya bekerja sampai larut untuk memastikan
pekerjaan telah berjalan semestinya.”

Pertanyaan-pertanyaan ringan sampai soal hobi serta olahraga kegemaran bukan tidak mungkin masuk dalam wawancara. Dari hobi dan aktivitas kegemaran mungkin penanya ingin mencocokkan apakah Anda orang yang kreatif, punya daya analisis baik, staminanya bisa diandalkan, atau apakah
Anda termasuk orang yang mudah bekerja sama.

Bahkan banyak pewawancara yang ingin tahu apakah pelamar yang sedang dihadapinya mempunyai kehidupan di luar pekerjaannya. Ini bukan sekadar pertanyaan mengada-ada, karena dari sini bisa ditemukan suatu nilai tambah
seseorang yang bermanfaat untuk perusahaan. Sebagai contoh, orang yang kreatif atau menjadikan atletik sebagai jalan keluar dari stres umumnya lebih sehat, lebih gembira, dan lebih produktif.

Percaya diri

Kepercayaan diri memang perlu ditampilkan. Usahakan untuk melakukan kontak mata dengan penanya dan jawabpertanyaan- pertanyaan dengan jawaban yang jelas.

Jangan lupa untuk cermat mendengarkan pertanyaan. Komunikasi harus berjalan dua arah. Jika Anda terlalu mendominasi konversasi, bisa jadi Anda kehilangan soal-soal yang dirasakan penting oleh penanya.

Jika ada kesempatan bertanya, jangan menanyakan sesuatu yang bisa menimbulkan kesimpulan negatif. Contoh yang paling umum misalnya pertanyaan mengenai hari libur. Jika pertanyaan seputar ini terlalu rinci, jangan-jangan pihak pewawancara menganggap pelamar tertarik bergabung
lebih karena banyaknya kesempatan libur. Kalaupun soal ini ingin diperjelas, pastikan bahwa pewawancara mengerti kenapa Anda perlu menanyakan hal itu.

Sikap tubuh yang baik hendaknya diperhatikan selama berlangsungnya wawancara. Hindari bahasa-bahasa tubuh yang negatif, seperti menggerak-gerakkan kaki, menggigit bibir, melipat tangan, tidak melihat lawan bicara atau berdehem sebelum menjawab setiap pertanyaan. (mnsbc/ret)

Rileks dan Terbuka

TERLAMBAT datang mengikuti wawancara merupakan satu hal yang hendaknya tidak boleh terjadi. Tepat waktu (atau datang awal) biasanya diartikan oleh pengundang sebagai bentuk komitmen, bahkan lebih dari itu bisa dianggap sebagai tanda bisa dipercaya serta sikap profesional.

Bersikaplah positif dan usahakan agar pihak lain merasa nyaman. Perlihatkan keterbukaan dengan cara memberi senyum hangat serta jabat tangan keras.

Jangan memberi komentar negatif tentang perusahaan Anda sebelumnya atau perusahaan tempat bekerja sekarang.

Rileks. Anggap saja wawancara adalah sebuah percakapan biasa. Ingat, penanya sebenarnya sama groginya dengan yang diwawancara.

Bila wawancara sudah selesai, jangan lupa memberi salam dan mengucapkan terima kasih. Kesankan bahwa Anda berminat dengan posisi yang ditawarkan. Kalau perlu tanyakan kemungkinan bisa menelepon untuk mencek status lamaran. Kalau mereka menyatakan akan mengontak, dengan sopan tanyakan kapan hal itu bisa diharapkan.

Kirimkan pesan, “Terima kasih untuk wawancaranya”. Usahakan supaya pesan itu tiba sebelum keputusan diambil. Kalau kontak selama ini dilakukan melalui e-mail, kirim e-mail terima kasih segera setelah wawancara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar